APRA dan DI/TII

Jul 13, 2009 A P R A

Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin oleh kapten Westerling. Tujuan dari gerakan ini adalah untuk mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan memiliki tentara tersendiri pada negara-negara bagian RIS.

23 Januari 1950, pasukan APRA melakukan pembantaian atau pembunuhan terhadap setiap anggota TNI yang ditemuinya di Bandung dan berhasil menduduki Markas Divisi Siliwangi.

Dalang gerakan APRA adalah Sultan Hamid II, seorang Menteri Negara pada kabinet RIS yang berencana menculik Menteri Pertahanan Keamanan, Sri Sultan Hamengku Buwono IX; Sekjen Pertahanan Mr. Ali Budiardjo; dan pejabat Kepala Staf Angkatan Perang, Kolonel T.B Simatupang.



DI/TII

Bandung. Kartosuwiryo membentuk Gerakan Darul Islam (DI) dan seluruh pasukannya dijadikan tentara Islam Indonesia (TII) yang bermarkas di Gunung Cepu. Tindakannya menyimpang dari cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dia tertangkap dan dikurung di puncak gunung Geber pada tanggal 4 Juni 1962 lalu dijatuhi hukuman mati.

Sulawesi Selatan. DI/TII dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tahun 1952, ia menyatakan bahwa wilayah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo di Jawa Barat. Namun, akhirnya pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditembak mati oleh satuan-satuan pasukan TNI.

Aceh. DI/TII dipimpin oleh Daud Beureueh. 17-28 Desember diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang akhirnya berhasil dicapai penyelesaian secara damai.

Kalimantan Selatan. DI/TII dipimpin oleh Ibnu Hajar. Tetapi nama gerakannya adalah Kesatuan Rakjat Jang Tertindas (KRJT). Ibnu Hajar dan anak buahnya akhirnya menyerahkan diri secara resmi. Pada bulan Maret 1965 pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati kepadanya.

0 komentar:

Post a Comment