BOHONG MEMBAWA SIAL

Jul 13, 2009
Suatu hari sebelum pulang ke rumah dari sekolah, Laa berniat untuk main ke rumah temannya di daerah Cihampelas, Bandung. Daerah tersebut sangat jauh dari rumah Laa yang beralamat Antapani. Nama teman Laa itu adalah Dijun. Laa biasa memanggilnya Jun.

***

Mereka tiba pada sore hari. Setibanya di rumah Jun, Laa langsung menuju ke komputernya. Itu memang hobi Laa. Setelah itu Mereka mengobrol.
"Laa, tadi malam kamu nonton film S.W.A.T nggak ?" tanya Jun tiba-tiba.
"Iya donk. aku pasti nonton. Film itu kan rame banget." Jawab Laa.
Mereka mulai membincangkan tentang film itu. Seperti biasa, Jika Laa telah bertemu dengan dia, Mereka akan mulai banyak mengobrol tentang perang dan tentara. Dijun memang sangat fanatik dengan hal itu. Apalagi cita-citanya ingin menjadi seorang tentara.
Di tengah keasyikan kami mengobrol, HP Laa berdering. Ternyata ayah Laa yang menelpon. Laa ragu untuk menjawab telepon. Tapi tetap saja Laa jawab telepon ayahnya.
"Laa, lagi di mana ?" tanya ayahnya seperti orang yang sedang marah.
"Lagi di rumah teman." jawab Laa langsung.
"Rumah teman itu di mana ?" tanya ayahnya beruntun.
Laa tidak mungkin menjawab kalau rumah Jun di Cihampelas dan lebih mustahil lagi jika Laa mengatakan Laa hanya bermain ke rumah Jun tanpa alasan yang jelas. Akhirnya Laa mengatakan sesuatu yang seharusnya tak Laa katakan.
"Laa lagi di Ujungberung. Lagi ngerjain tugas kelompok ma teman." jawab Laa tergugup-gugup.
"Ya sudah, hati-hati! Sebentar lagi langsung pulang. Jangan kemalaman!" perintah ayahnya melalui telepon.
"Iya Yah." jawab Laa.
Laa langsung mamatikan HP. Laa nelanjutkan pembicaraannya dengan Jun.
Tanpa mereka sadari, hari mulai gelap. Laa langsung bergegas untuk pulang. Ketika akan berangkat, hujan turun dengan derasnya. Ibu Jun langsung keluar menghampiri Laa.
"Laa, tunggu dulu!" teriak ibu Jun dari dapur.
"Iya Bu. Ada apa ?" tanya Laa.
"Ini pake jas hujan dulu! Ntar kamu kehujanan. Besok kan masih harus sekolah. Bagaimana kalau kamu sakit?" kata ibu Jun sambil menyerahkan sebuah jas hujan milik ayah Jun yang berwarna biru.
"Iya bu!" sahut Laa sambil menerima jas hujan itu.
Laa langsung memakai jas hujan itu. Lumayan susah juga. Jas hujan tersebut sangat besar. Setelah mengenakannya, Laa langsung mengeluarkan motornya dari garasi. Sebelum berangkat, Laa berpamitan dengan Jun dan orang tua Jun.

***

Belum setengah perjalanan pulang, tiba-tiba sudah terdengar suara adzan maghrib. Laa langsung menambah kecepatan motornya. Tiba-tiba HPnya berdering. Laa langsung menepi ke pinggir jalan dan berhenti sejenak untuk menjawab telepo.
"Laa, masih di mana?," tanya ayahnya seperti membentak Laa.
"Sebentar lagi sudah sampai." jawab Laa ketakutan.
"Sebenarnya lagi di mana ?" tanya ayah Laa seperti tak percaya.
"Iya, bentar lagi." jawab Laa tak sabar.
Laa langsung mematikan HPnya dan melanjutkan perjalanan.
Laa telah membohongi ayahnya. Tapi Laa pikir itu hal biasa. Sebenarnya Laa masih setengah perjalanan pulang.

***

Sebentar lagi Laa sampai di rumahnya. Tetapi Laa mendapat sebuah kecelakaan yang tak pernah Laa lupakan. Ketika hendak belok kanan pada sebuah pertigaan jalan, di daerah Antapani, ada sebuah motor yang melaju kencang dari arah belakan Laa. Sepertinya sang pengendara motor tersebut telah berusaha mengerem motornya. Tetapi karena mungkin dia telat untuk mengerem, akhirnya dia menabrak motor Laa dari belakang. Motor itu malah kabur. Sedangkan Laa terjatuh dari motornya dengan beberapa cacat di motornya. Laa tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menelpon ayahnya.
Beberapa menit kemudian ayah Laa telah tiba di tempat kecelakaan Laa. Ayah Laa hanya diam. Beliau lalu mengantar Laa pulang setelah mengurus motor yang banyak cacat. Motor tersebut dibawa ke bengkel terdekat yang ada di sekitar daerah itu.
Setelah Laa dan ayahnya tiba di rumah, beliau hanya diam tak berkata apa-apa. Laa akhirnya menyadari bahwa dirinya benar-benar bodoh. Mungkin ini akibat karena telah membohongi ayahnya.
Besok harinya Laa melanjutkan sekolah seperti biasanya walaupun kakinya sedikit lecet.

0 komentar:

Post a Comment